KOK KALBUN SALIM, KENAPA NGAK QOLBUN SALIM?


Ada banyak yg bertanya tentang (yg dianggap) kesalahan karena membaca tulisan Majelis Kalbun Salim, "Kalbun itu anjing", "Yang benar itu Qolbun, Bang...artinya hati".

Baiklah.. hari ini kami akan terangkan. Sebagaimana keterangan ini saya dapat dari Syexh Yaser Muhammad Arafat guru sekaligus musuh yang nyata bagi saya dan kami jamaah majelis kalbun salim.

Ada dua pahatan anjing di bagian bawah tiang mimbar Masjid Pathok Negoro Kotagedhe Yogyakarta ini atau Masjid Mataram Islam. Masjid ini dibangun oleh Ki Ageng Pamanahan dan Panembahan Senopati Danang Sutawijaya.

Anjing, dalam tata simbolisme islam di Jawa, selalu berpadan dengan kerohanian. Bahkan dalam alam pikiran kebudayaan pra Islam, misalnya dalam kisah Sangkuriang, anjing digambarkan sebagai pengejawantahan dewata. Ia mengambil nama; Tumang.

Dua anjing kembar di mimbar ini disebut anjing Iman dan anjing tokid. Maksudnya Iman dan Tauhid. Anjing iman dipakai sebagai wicara tentang laku hubungan kemasyarakatan seorang muslim. Sedangkan anjing tokid/tauhid, dipakai sebagai wicara tentang laku hubungan ketuhanan.

Keduanya tidak bisa dipisah. Kabarnya dulu setiap masjid pathok negoro selalu dimimbari dengan pahatan anjing di bagian bawah tiangnya. Hari ini mungkin sudah diganti. Tapi tentu saja dapat dikatakan bahwa di tanah ini anjing sudah lama “masuk” masjid.

Dalam Suluk Malang Sumirang, Sunan Panggung diceritakan sebagai seorang wali jawa yang memelihara anjing iman dan tokid. Saat ia dibakar, anjingnya ikut masuk ke dalam unggunan api. Lalu mereka keluar ketika apinya akan memadam.

Mbah Mutamakkin dari Pati juga diceritakan sebagai seorang wali yang memiliki anjing iman dan tokid. Jauh sebelumnya, Syekh Siti Jenar juga tercatat sebagai wali dengan simbolisasi anjing. Terutama dalam kisah tentang mayatnya yang dalam salah satu riwayat disebut berubah menjadi anjing.

Sebenarnya ada banyak suluk maupun wirid yang menceritakan kerohanian anjing. Sebagaimana juga diceritakan oleh Syekh Nawawi Banten dalam Kitab Kasyifatus Saja.
Lahan simbolisasi anjing dan kerohanian, di Jawa, selalu melekat pada para wali yang dirinya sudah terbakar cinta pada Tuhannya.

Sehingga ia tak ubahnya anjing bagi Tuannya; setia, ridho, taat, tidak pernah menentang, apalagi mengeluhkan keadaan. Coba lihat anjing Bitzer dalam serial Shaun The Sheep itu. Yang selalu disengsarakan Tuannya. Sekalipun sering ditimpa daun pintu, atau disakiti, ia tetap setia dan cinta pada tuannya. Terbukti setiap kali dipanggil, ia selalu bergegas hadir. Pada bagian itu, sang tuan sering terkejut sendiri.

Begitulah ceritanya.........